Khutbah Jumaat hari ini cukup meruntum sanubari. Kisah tentang siksa dan kepayahan menghadapi saat-saat sakaratulmaut.
Antara yang dikhutbahkan adalah kisah Imam Ahmad Ibnu Hambal menghadapinya. Diceritakan bagaimana diwaktu nazak beliau dikerumuni oleh ramai ahli keluarga, anak murid dan para pengikutnya.
Lantas dibisikkan kalimah La'ilahaillallah... lalu beliau menjawab Tidak..!! kemudian dibacakan lagi kepadanya kalimah La'ilahaillallah dan beliau menjawab lagi Tidak..!! sehinggalah kebeberapa kali dibisikkan kalimah dan jawapannya tetap sama.
Akhirnya setelah keadaan sedikit reda dan beliau mula dapat bercakap maka anaknya bertanyakan kenapa ayahandanya menjawab sedemikian menyebabkan keluarga terasa sedih dan malu.
Jawab Imam Ahmad, bahawa tatkala dia nazak dirinya telah dikelilingi oleh syaitan yang menghasutnya supaya meninggalkan ajaran Nabi Muhammad, sebab itulah beliau menjawab Tidak setiap kali digoda oleh syaitan.
Betapa seorang Imam yang hebat dengan Ilmu dan Amal nya telah digoda sedemikian oleh syaitan, jadi apatah sangat dengan diri kita? Apakah kita telah bersedia?
Aku membawakan lagi secebis kisah para Nabi saat menghadapi sakaratulmaut untuk tatapan dan peringatan bersama ;
Dahsyatnya Sakaratul Maut, bersediakah kita untuk menghadapinya ?
"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu !" Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya". (Qs. Al- An'am : 93).
"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang". (H.R. Ibnu Abu Dunya).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Allah, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar.
Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit.
Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Allah Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Allah Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Alloh". Salam Malaikat Izrail,
"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.
Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap" Allah sampai keesokan harinya.
Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya" itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.
"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita" pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).
"Subhanallah, (Maha Suci Alloh)" kata Nabi Idris a.s.
"Kenapa ?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
"Buah-buahan ini bukan milik kita" ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau berkata: "Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram".
Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s.
"Siapakah engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s.
Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.
"Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius.
"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
"Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail.
"Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s
"Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail.
"Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku" pinta Nabi Idris a.s.
Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya", tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Allah, Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.
Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Allah mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" tanya Malaikat Izrail.
"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti" jawab Nabi Idris a.s.
"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu" kata Malaikat Izrail.
MasyaAllah, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita ?
Bersediakah kita untuk menghadapinya ?